Serupa dengan pergolakan politik yang terjadi di Mesir tahun lalu, konflik yang sedang memanas di Afrika Tengah antara kelompok Muslim dengan kelompok Kristiani terjadi sejak penggulingan Presiden terdahulu Francoise Bozzie pada Maret 2013 silam.
Kelompok Seleka atau Muslim berhasil melakukan kudeta sehingga kekuasaan diambil alih oleh Michel Djotodia lewat pemilihan yang digelar pada April 2013 silam. Sejak itu, kelompok Kristiani semakin gencar melakukan serangan balas dendam seperti pembunuhan, perampokan, hingga merekrut anak-anak sebagai pasukan bersenjata.
Berdasarkan berita yang dimuat oleh Csmonitor, Selasa (7/1), menyebutkan akar dari konflik bukan persoalan agama melainkan persoalan ekonomi dan politik. Konflik ini disebut juga perang kekuasaan antara dua kelompok politik.
Afrika Tengah, seperti diketahui merupakan negara yang terdiri dari 50 persen Kristiani, 35 persen agama tradisional dan selebihnya 15 persen Muslim. Dan kini, kaum minoritas menjadi target kekerasan kelompok milisi Kristiani. Dengan itu, untuk mengakhiri perang yang tak berujung ini, Presiden Djotodia memilih mundur dari jabatannya pada Jumat (10/1).
Dewasa ini, agama telah dijadikan sebagai selubung politik untuk mengobarkan api perpecahan. Sehingga dianggap penting untuk tidak mudah terhasut dengan siasat politik para penguasa. Sebab sejatinya, setiap agama menyerukan perdamaian bukan perang.
Baca Juga Artikel Lainnya:
Masuk ke Gereja, Orang Tak Dikenal Tembak Kepala Pendeta
Ev. Yop Kogoya: Gandeng Tokoh Agama Untuk Atasi Konflik
Superbook Bantu Korban Topan Haiyan Atasi Trauma
Lumpuhkan Bangkok, Ribuan Massa Desak PM Yinluck Turun Tahta
Kematian Ariel Sharon Berkaitan dengan Kedatangan Yesus?
Konselor CBN Siap Sedia 24 Jam Setiap Hari.
Sumber : Csmonitor.com/Jawaban.com/LS